LAPORAN
PRAKTIKUM
DASAR-DASAR
ILMU TANAH (DDIT)
ACARA
VII
KARBON
DAN BAHAN ORGANIK TANAH
Nama : Gilang Setiawan
NPM : E1J012031
Prodi : Agroekoteknologi
Shift : Jum’at (14.00 – 16.00)
Co-Ass : Atri Noprijayanti
Melisa
Yuliensi
LABORATORIUM ILMU TANAH
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS BENGKULU
2013
I.
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Tanah
yang baik merupakan tanah yang mengandung hara. Unsur yang terpenting dalam
tanah agar dapat mendukung kesuburan tanah salah satunya adalah kandungan
c-organik. Dimana kandungan c-organik merupakan unsure yang dapat menentukan
tingkat kesuburan tanah. Bahan
organik tanah adalah semua jenis senyawa organik yang terdapat di dalam tanah,
termasuk serasah, fraksi bahan organik ringan, biomassa mikroorganisme, bahan
organik terlarut di dalam air, dan bahan organik yang stabil atau humus.
Kandungan
bahan organik tanah dipengaruhi oleh berbagai faktor antara lain iklim, tipe
penggunaan lahan, relief, land form, aktivitas manusia.C/N adalah salah satu
parameter yang dapat digunakan untuk mencirikan kualitas bahan organik. Metode
yang digunakan dalam praktikun ini adalah metode Walkey and Black yang
menggunakan tahapan antara arti nyata kandungan bahan organik yang ditentukan
oleh besarnya C-organik hasil titrasi yang kemudian dikalikan dengan konstanta
tertentu.
Mempelajari
masalah bahan organik adalah untuk memperoleh informasi yang dapat digunakan
secara langsung maupun tidak langsung dalam memahami perilaku tanah. Hampir
semua makhluk hidup yang ditemui bergantung pada bahan organik untuk energi dan
makanannya. Bahan organik tanah berpengaruh penting dalam sifat fisika dan
biologi tanah sehingga akan berpengaruh pula pada pertumbuhan tanaman. Pengaruh
langsung bahan organik tanah yang sifatnya positif terhadap pertumbuhan tanaman
terjadi melalui produk pengurainya yang berupa asam-asam organik. Terkait
dengan sifat biologi tanah, bahan organik sangat nyata mempengaruhi kegiatan
mikroflora dan mikrofauna tanah melalui perannya sebagai penyedia C dan
energi.Secara substansi bahan organik tersusun dari bahan humus dan non humus.
1.2
Tujuan
Praktikum
ini bertujuan untuk menentukan kandungan karbon dan
bahan organik di dalam tanah, memebandingkan kandungan karbon dan bahan organik
dari beberapa contoh tanah dan melihat secara kualitatif hubungan antara
kandungan karbon dan bahan organik tanah dengan hasil pengamatan morfologi
profil di lapangan.
II.
TINJAUAN PUSTAKA
Tanah sebagai media pertumbuhan tanaman berada
dalam kondisi yang optimum jika komposisinya terdiri dari : 25% udara, 25% air,
45% mineral dan 5% bahan organik. Atas dasar perbandingan ini, nampak kebutuhan
tanah terhadap bahan organik adalah paling kecil. Namun demikian kehadiran
bahan organik dalam tanah mutlak dibutuhkan karena bahan organik merupakan
bahan penting dalam menciptakan kesuburan tanah, baik secara fisika, kimia
maupun dari segi biologi tanah (Lengkong dan Kawulusan, 2008).
Bahan organik tanah merupakan komponen penting
penentu kesuburan tanah, terutama di daerah tropika seperti di Indonesia dengan
suhu udara dan curah hujan yang tinggi. Kandungan bahan organik yang rendah
menyebabkan partikel tanah mudah pecah oleh curah hujan dan terbawa oleh aliran
permukaan sebagai erosi, yang pada kondisi ekstrim mengakibatkan terjadinya
desertitifikasi. Rendahnya kandungan bahan organik tanah disebabkan oleh
ketidakseimbangan antara peran bahan dan hilangnya bahan organik dari tanah
utamanya melalui proses oksidasi biologis dalam tanah. Erosi tanah lapisan atas
yang kaya akan bahan organik juga berperan dalam berkurangnya kandungan bahan
organik tanah tersebut (Victorious, 2012).
Bahan organik tanah merupakan hasil dekomposisi atau pelapukan
bahan-bahan mineral yang terkandung didalam tanah. Bahan organik tanah juga
dapat berasal dari timbunan mikroorganisme, atau sisa-sisa tanaman dan hewan
yang telah mati dan terlapuk selama jangka waktu tertentu.bahan organik dapat
digunakan untuk menentukan sumber hara bagi tanaman, selain itu dapat digunakan
untuk menentukan klasifikasi tanah (Soetjito, 1992).
Bahan organik merupakan perekat butiran lepas dan sumber utama nitrogen,
fosfor dan belerang. Bahan organik cenderung mampu meningkatkan jumlah air yang
dapat ditahan didalam tanah dan jumlah air yang tersedia pada tanaman. Akhirnya
bahan organik merupakan sumber energi bagi jasad mikro. Tanpa bahan organik
semua kegiatan biokimia akan terhenti (Doeswono,1983).
Karbon merupakan penyusun bahan organik, oleh karena itu peredarannya
selama pelapukan jaringan tanaman sangat penting. Sebagian besar energi yang
diperlukan oleh flora dan fauna tanah berasal dari oksidasi karbon, oleh sebab
itu CO2 terus dibentuk. Berbagai perubahan yang terjadi dan siklus yang
menyertai reaksi karbon tersebut di dalam atau di luar sistem tanah disebut
peredaran karbon. Pembebasan CO2 antara lain melalui mekanisme pelapukan bahan
organi. Gas tersebut merupakan sumber CO2 tanah, disamping CO2 yang dikeluarkan
akar tumbuhan dan yang terbawa oleh air hujan. CO2 yang dihasilkan tanah
akhirnya akan dibebaskan ke udara, kemudian dipakai lagi oleh tanaman (Yani,
2003).
Unsur karbon di dalam tanah berada dalam 4 wujud, yaitu wujud mineral
karbonat, unsur padat seperti arang, grafit dan batubara, wujud humus sebagai
sisa-sisa tanaman dan hewan serta mikroorganisma yang telah mengalami
perubahan, namum relatif tahan terhadap pelapukan dan wujud yang terakhir
berupa sisa-sisa tanaman dan hewan yang telah mengalami dekomposisi di dalam
tanah (Watoni dan Buchari, 2000).
Sumber
primer bahan organik adalah jaringan tanaman berupa akar, batang.ranting dan
buah. Bahan organik dihasilkan oleh tumbuhan melalui proses fotosintesis
sehingga unsur karbon merupakan penyusun utama dari bahan organik tersebut.
Unsur karbon ini berada dalam bentuk senyawa-senyawa polisakarida seperti
selulosa, hemi-selulosa, pati dan bahan-bahan pectin dan lignin. Selain itu
nitrogen merupakan unsur yang paling banyak terakumulasi dalam bahan organik
karena merupakan unsur yang paling penting dalam mikroba yang terlibat dalam
proses perombakan bahan organik tanah. Jaringan tanaman ini akan mengalami
dekomposisi dan terangkul ke lapisan bawah (Sutanto, 2002).
Humus
merupakan salah satu bentuk bahan organik. Jaringan asli berupa tubuh tumbuhan
atau hewan baru yang belum lapuk. Terus menerus mengalami serangan jasad-jasad
mikro yang menggunakannya sebagai sumber energinya dan bahan bangunan tubuhnya.
Hasil pelapukan bahan asli yang dilakukan oleh jasad mikro disebut humus
(Balasubramian, 2005).
Bahan organik yang masih mentah dengan nisbah C/N
tinggi, apabila diberikan secara langsung ke dalam tanah akan berdampak negatip
terhadap ketersediaan hara tanah. Bahan organik langsung akan disantap oleh
mikrobia untuk memperoleh energi. Populasi mikrobia yang tinggi, akan
memerlukan hara untuk tumbuh dan berkembang, yang diambil dari tanah yang
seyogyanya digunakan oleh tanaman, sehingga mikrobia dan tanaman saling
bersaing merebutkan hara yang ada. Akibatnya hara yang ada dalam tanah berubah
menjadi tidak tersedia karena berubah menjadi senyawa organik mikrobia.
Kejadian ini disebut sebagai immobilisasi hara (Atmojo, 2003).
Nisbah
C/N berguna sebagai penanda kemudahan perombakan bahan organik dan kegiatan
jasad renik tanah akan tetapi apabila nisbah C/N terlalu lebar, berarti
ketersediaan C sebagai sumber energi berlebihan menurut bandingannya dengan
ketersediaanya N bagi pembentukan mikroba. Kegiatan jasad renik akanterhambat
(Priambada et al., 2005).
Karbon
diperlukan mikroorganisme sebagai sumber energi dan nitrogen diperlukan untuk
membentuk protein. Apabila ketersediaan karbon terbatas (nisbah C/N terlalu
rendah) tidak cukup senyawa sebagai sumber energi yang dapat dimanfaatkan
mikroorganisme untuk mengikat seluruh nitrogen bebas.Apabila ketersediaan
karbon berlebihan (C/N > 40) jumlah nitrogen sangat terbatas sehingga
menjadi faktor pembatas pertumbuhan organisme (Wallace and Teny, 2000).
III.
BAHAN DAN METODE
3.1
Alat dan Bahan
Alat yang
digunakan adalah buret, labu ukur 100ml, ayakan 0,5 mm, stopwatch, timbangan, dan oven.
Bahan yang digunakan adalah K2Cr2O7 1N (larutkan 49.04 g K2Cr2O7 kering oven selama 30
menit dalam 1000 mL aquades), H2SO4 pekat (96%), H3PO4
(85%), diphenyl amine, dan FeSO4 1N.
3. 2 Metode
Prosedur kerja yang dilakukan adalah sebagai
berikut:
1.
Menimbang
contoh tanah ukuran 0,5 mm sebanyak 0,5 gram.
2.
Memasukan
kedalam labu ukur ukuran 100 ml.
3.
Menambahkan
K2Cr2O7
2 N sebanyak 5 ml, kemudian mengaduk selama 2
menit.
4.
Menambahkan
H2SO4
sebanyak 7,5 ml, kemudian mengaduk selama 30
menit.
5.
Menambahkan
H2O sebanyak batas leher labu ukur, dan mengaduk bolak – balik
selama 2 menit kemudian mendiamkan selama 24 jam.
IV.
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1
Hasil Pengamatan
Tabel Hasil Penetaan C-org dan BOT
Sampel Tanah
|
C-Org %
|
Kriteria
|
BOT
|
Top Soil 1
Top Soil 2
Sub Soil 1
Sub Soil 2
|
1,619434
1,521709
0,28132
0,28132
|
2,792128
2,623636
0,48503
0,48503
|
Tabel
Kriteria Tanah
Kriteria
|
Nilai
|
Sangat Rendah
|
< 4,5
|
Rendah
|
4,5 – 5,5
|
Sedang
|
5,6 – 6,5
|
Tinggi
|
6,6 – 7,5
|
Sangat Tinggi
|
7,6 – 8,5
|
Tabel
Deret Standar
Konsentrasi
|
Absorban
|
0
|
0,00
|
50
|
0,076
|
100
|
0,154
|
150
|
0,211
|
200
|
0,291
|
300
|
0,456
|
4.2 Pembahasan
Praktikum
ini melakukan perhitungan C-organik dan bahan organik tanah. Sampel tanah yang
digunakan adalah tanah top soil dan sub soil berukuran 0,5 mm. Tanah top soil
dibagi menjadi top soil 1 dan top soil 2, sedangkan tanah sub soil juga dibagi
menjadi dua yaitu sub soil 1 serta sub soil 2. Nilai
absoraban untuk tanah top soil 1 adalah 0,116. Tanah top soil 2 adalah 0,109.
Tanah sub soil 1 yaitu 0,021 dan tanah sub soil 2 yaitu 0,021. Nilai La tanah
top soil adalah 0,05
gr/gr = 5%, sedangan nilai La tanah sub soil adalah sebesar 0,01 gr/gr = 1%.nilai
Ppm kurva standar untuk tanah top soil dan sub soil adalah sebesar 0,001508. Nilai absorban dan La yang sudah ada
tersebut dapat digunakan untuk menghitung nilai C-organik dan BOT tanah. Hasil
perhitungannya adalah sebagai berikut :
1.
Tanah
top soil 1
-
Fk =

= 

= 

= 1,052632
-
Ppm
Kurva = 

= 

= 76,92308
-
C-org = 

= 

=
76,92308 x 0,1 x 0,2 x 1,052632
=
1,619434
-
BOT = C
x 100/58
= 1,619434 x 100/58
=
2,792128
2.
Tanah
top soil 2
-
Fk =

= 

= 

= 1,052632
-
Ppm
Kurva = 

= 

= 72,28117
-
C-org = 

= 

= 72,28117
x 0,1 x 0,2 x 1,052632
= 1,521709
-
BOT = C
x 100/58
= 1,521709 x 100/58
= 2,623636
3.
Tanah
sub soil 1
-
Fk =

= 

= 

= 1,010101
-
Ppm
Kurva = 

= 

= 13,92573
-
C-org = 

= 

=
13,92573 x 0,1 x 0,2 x 1,010101
=
0,28132
-
BOT = C
x 100/58
= 0,28132 x 100/58
=
0,48503
4.
Tanah
sub soil 2
-
Fk =

= 

= 

= 1,010101
-
Ppm
Kurva = 

= 

= 13,92573
-
C-org = 

= 

=
13,92573 x 0,1 x 0,2 x 1,010101
=
0,28132
-
BOT = C
x 100/58
= 0,28132 x 100/58
=
0,48503
V.
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Penetapan
pH dan DHL tanah menggunakan alat ukur yaitu pH meter dan konduktormeter. Pada
praktikum ini dapat disimpulkan bahwa penetapan nilai pH dan DHL ini membuktikan bahwa nilai pH H2O tanah sub
soil lebih besar dibanding dengan nilai pH H2O tanah top soil yaitu 4,7 >
4,4 , begitu juga dengan nilai pH KCl tanah sub soil lebih besar dibanding
nilai pH KCl tanah top soil yaitu 3,9 > 3,7. Selain nilai pH, nilai DHL
tanah sub soil lebih tinggi dibanding dengan tanah top soil yaitu 64 > 54.
Secara umum, tanah ini termasuk kriteria tanah masam karena nilai pHnya di
bawah nilai pH netral. Tanah ini memiliki kualitas tanah yang kurang baik jika
digunakan dalam bidang pertanian, karena tanah yang baik adalah tanah yang
memiliki nilai pH mendekati netral yaitu 6,6 – 7,5.
5.2 Saran
Praktikum ini sangatlah penting bagi mahsiswa yang ingin
menguasai dasar - dasar ilmu tanah, oleh karena itu diharapakan peralatan yang
digunakan lebih banyak sehingga dalam satu kelompok praktikum lebih mudah dalam
melakukan praktikum dan mahasiswa lebh aktif saat praktikum berlansung.
DAFTAR PUSTAKA
Atmojo, S.W. 2003. Peranan
Bahan Organik Terhadap Kesuburan Tanah Dan Upaya Pengolahannya.. Sebelas
Maret University Press : Surakarta.
Balasubramian, V. 2005.
Bahan Organik Tanah. <www.lemlit.unud.ac.id>. (Diakses
pada tanggal 14 Desember 2013).
Doeswono,1983. Ilmu-Ilmu Terjemahan. Bhtara Karya
Aksara
: Jakarta.
Lengkong, J.E., dan
Kawulusan R.I. 2008. Pengelolaan Bahan
Organik Untuk Memelihara Kesuburan Tanah. Soil Environment, Vol. 6, No. 2, Hal : 91-97.
Priambada,I.D.,
J.Widodo dan R.A. Sitompul. 2005. Impact
of Landuse Intency on Microbal Community in Agrocosystem of Southern Sumatra
International Symposium on Academic Exchange Cooperation Gadjah Mada University
and Ibraki University. Gadjah Mada University Press : Yogyakarta
Soetjipto, dkk. 1992. Dasar - Dasar Irigasi. Erlangga: Jakarta.
Sutanto,
R. 2002. Pertanian Organik. Penerbit
Kanisius: Yogyakarta.
Victorious. 2012. Penetapan
Status P, K dan C organic Untuk Tanah Organik dan Anorganik. http://victorious-a.blogspot.com/2012/03/penetapan-status-p-k-dan-corganic.html.(Diakses pada tanggal 14
Desember 2013).
Wallace, A., R.G and
Teny. 2000. Handbook of Soil Conditioners
Subsistance That Enhance the Physical Properties of Soil.Marcell Pecker Inc.
New York: Amerika.
Watoni, A.H., dan Buchari. 2000. Studi Aplikasi Metode Potensiometri Pada Penentuan Kandungan Karbon Organik
Total Tanah. JMS Vol. 5
No. 1, hal. 23 – 40.
Yani, A. 2003. Beberapa
Pendekatan Pengukuran Karbon Tanah Gambut Di Jambi. Institut Pertanian
Bogor: Bogor.