Sabtu, 04 Januari 2014

KARBON DAN BAHAN ORGANIK TANAH


LAPORAN PRAKTIKUM
DASAR-DASAR ILMU TANAH (DDIT)
ACARA VII
KARBON DAN BAHAN ORGANIK TANAH





  
Nama         : Gilang Setiawan
NPM          : E1J012031
Prodi          : Agroekoteknologi
Shift           : Jum’at (14.00 – 16.00)
Co-Ass      : Atri Noprijayanti
  Melisa Yuliensi


LABORATORIUM ILMU TANAH
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS BENGKULU
2013


I.         PENDAHULUAN

1.1         Latar Belakang
Tanah yang baik merupakan tanah yang mengandung hara. Unsur yang terpenting dalam tanah agar dapat mendukung kesuburan tanah salah satunya adalah kandungan c-organik. Dimana kandungan c-organik merupakan unsure yang dapat menentukan tingkat kesuburan tanah. Bahan organik tanah adalah semua jenis senyawa organik yang terdapat di dalam tanah, termasuk serasah, fraksi bahan organik ringan, biomassa mikroorganisme, bahan organik terlarut di dalam air, dan bahan organik yang stabil atau humus.
Kandungan bahan organik tanah dipengaruhi oleh berbagai faktor antara lain iklim, tipe penggunaan lahan, relief, land form, aktivitas manusia.C/N adalah salah satu parameter yang dapat digunakan untuk mencirikan kualitas bahan organik. Metode yang digunakan dalam praktikun ini adalah metode Walkey and Black yang menggunakan tahapan antara arti nyata kandungan bahan organik yang ditentukan oleh besarnya C-organik hasil titrasi yang kemudian dikalikan dengan konstanta tertentu.
Mempelajari masalah bahan organik adalah untuk memperoleh informasi yang dapat digunakan secara langsung maupun tidak langsung dalam memahami perilaku tanah. Hampir semua makhluk hidup yang ditemui bergantung pada bahan organik untuk energi dan makanannya. Bahan organik tanah berpengaruh penting dalam sifat fisika dan biologi tanah sehingga akan berpengaruh pula pada pertumbuhan tanaman. Pengaruh langsung bahan organik tanah yang sifatnya positif terhadap pertumbuhan tanaman terjadi melalui produk pengurainya yang berupa asam-asam organik. Terkait dengan sifat biologi tanah, bahan organik sangat nyata mempengaruhi kegiatan mikroflora dan mikrofauna tanah melalui perannya sebagai penyedia C dan energi.Secara substansi bahan organik tersusun dari bahan humus dan non humus.

1.2         Tujuan
Praktikum ini bertujuan untuk menentukan kandungan karbon dan bahan organik di dalam tanah, memebandingkan kandungan karbon dan bahan organik dari beberapa contoh tanah dan melihat secara kualitatif hubungan antara kandungan karbon dan bahan organik tanah dengan hasil pengamatan morfologi profil di lapangan.





II.           TINJAUAN PUSTAKA

Tanah sebagai media pertumbuhan tanaman berada dalam kondisi yang optimum jika komposisinya terdiri dari : 25% udara, 25% air, 45% mineral dan 5% bahan organik. Atas dasar perbandingan ini, nampak kebutuhan tanah terhadap bahan organik adalah paling kecil. Namun demikian kehadiran bahan organik dalam tanah mutlak dibutuhkan karena bahan organik merupakan bahan penting dalam menciptakan kesuburan tanah, baik secara fisika, kimia maupun dari segi biologi tanah (Lengkong dan Kawulusan, 2008).
Bahan organik tanah merupakan komponen penting penentu kesuburan tanah, terutama di daerah tropika seperti di Indonesia dengan suhu udara dan curah hujan yang tinggi. Kandungan bahan organik yang rendah menyebabkan partikel tanah mudah pecah oleh curah hujan dan terbawa oleh aliran permukaan sebagai erosi, yang pada kondisi ekstrim mengakibatkan terjadinya desertitifikasi. Rendahnya kandungan bahan organik tanah disebabkan oleh ketidakseimbangan antara peran bahan dan hilangnya bahan organik dari tanah utamanya melalui proses oksidasi biologis dalam tanah. Erosi tanah lapisan atas yang kaya akan bahan organik juga berperan dalam berkurangnya kandungan bahan organik tanah tersebut (Victorious, 2012).
Bahan organik tanah merupakan hasil dekomposisi atau pelapukan bahan-bahan mineral yang terkandung didalam tanah. Bahan organik tanah juga dapat berasal dari timbunan mikroorganisme, atau sisa-sisa tanaman dan hewan yang telah mati dan terlapuk selama jangka waktu tertentu.bahan organik dapat digunakan untuk menentukan sumber hara bagi tanaman, selain itu dapat digunakan untuk menentukan klasifikasi tanah (Soetjito, 1992).
Bahan organik merupakan perekat butiran lepas dan sumber utama nitrogen, fosfor dan belerang. Bahan organik cenderung mampu meningkatkan jumlah air yang dapat ditahan didalam tanah dan jumlah air yang tersedia pada tanaman. Akhirnya bahan organik merupakan sumber energi bagi jasad mikro. Tanpa bahan organik semua kegiatan biokimia akan terhenti (Doeswono,1983). 
Karbon merupakan penyusun bahan organik, oleh karena itu peredarannya selama pelapukan jaringan tanaman sangat penting. Sebagian besar energi yang diperlukan oleh flora dan fauna tanah berasal dari oksidasi karbon, oleh sebab itu CO2 terus dibentuk. Berbagai perubahan yang terjadi dan siklus yang menyertai reaksi karbon tersebut di dalam atau di luar sistem tanah disebut peredaran karbon. Pembebasan CO2 antara lain melalui mekanisme pelapukan bahan organi. Gas tersebut merupakan sumber CO2 tanah, disamping CO2 yang dikeluarkan akar tumbuhan dan yang terbawa oleh air hujan. CO2 yang dihasilkan tanah akhirnya akan dibebaskan ke udara, kemudian dipakai lagi oleh tanaman (Yani, 2003).
Unsur karbon di dalam tanah berada dalam 4 wujud, yaitu wujud mineral karbonat, unsur padat seperti arang, grafit dan batubara, wujud humus sebagai sisa-sisa tanaman dan hewan serta mikroorganisma yang telah mengalami perubahan, namum relatif tahan terhadap pelapukan dan wujud yang terakhir berupa sisa-sisa tanaman dan hewan yang telah mengalami dekomposisi di dalam tanah (Watoni dan Buchari, 2000).
Sumber primer bahan organik adalah jaringan tanaman berupa akar, batang.ranting dan buah. Bahan organik dihasilkan oleh tumbuhan melalui proses fotosintesis sehingga unsur karbon merupakan penyusun utama dari bahan organik tersebut. Unsur karbon ini berada dalam bentuk senyawa-senyawa polisakarida seperti selulosa, hemi-selulosa, pati dan bahan-bahan pectin dan lignin. Selain itu nitrogen merupakan unsur yang paling banyak terakumulasi dalam bahan organik karena merupakan unsur yang paling penting dalam mikroba yang terlibat dalam proses perombakan bahan organik tanah. Jaringan tanaman ini akan mengalami dekomposisi dan terangkul ke lapisan bawah (Sutanto, 2002).
Humus merupakan salah satu bentuk bahan organik. Jaringan asli berupa tubuh tumbuhan atau hewan baru yang belum lapuk. Terus menerus mengalami serangan jasad-jasad mikro yang menggunakannya sebagai sumber energinya dan bahan bangunan tubuhnya. Hasil pelapukan bahan asli yang dilakukan oleh jasad mikro disebut humus (Balasubramian, 2005).
Bahan organik yang masih mentah dengan nisbah C/N tinggi, apabila diberikan secara langsung ke dalam tanah akan berdampak negatip terhadap ketersediaan hara tanah. Bahan organik langsung akan disantap oleh mikrobia untuk memperoleh energi. Populasi mikrobia yang tinggi, akan memerlukan hara untuk tumbuh dan berkembang, yang diambil dari tanah yang seyogyanya digunakan oleh tanaman, sehingga mikrobia dan tanaman saling bersaing merebutkan hara yang ada. Akibatnya hara yang ada dalam tanah berubah menjadi tidak tersedia karena berubah menjadi senyawa organik mikrobia. Kejadian ini disebut sebagai immobilisasi hara (Atmojo, 2003).
Nisbah C/N berguna sebagai penanda kemudahan perombakan bahan organik dan kegiatan jasad renik tanah akan tetapi apabila nisbah C/N terlalu lebar, berarti ketersediaan C sebagai sumber energi berlebihan menurut bandingannya dengan ketersediaanya N bagi pembentukan mikroba. Kegiatan jasad renik akanterhambat (Priambada et al., 2005).
Karbon diperlukan mikroorganisme sebagai sumber energi dan nitrogen diperlukan untuk membentuk protein. Apabila ketersediaan karbon terbatas (nisbah C/N terlalu rendah) tidak cukup senyawa sebagai sumber energi yang dapat dimanfaatkan mikroorganisme untuk mengikat seluruh nitrogen bebas.Apabila ketersediaan karbon berlebihan (C/N > 40) jumlah nitrogen sangat terbatas sehingga menjadi faktor pembatas pertumbuhan organisme (Wallace and Teny, 2000).


III.             BAHAN DAN METODE

3.1         Alat dan Bahan
Alat yang digunakan adalah buret, labu ukur 100ml, ayakan 0,5 mm, stopwatch, timbangan, dan oven.
Bahan yang digunakan adalah K2Cr2O7 1N (larutkan 49.04 g K2Cr2O7 kering oven selama 30 menit dalam 1000 mL aquades), H2SO4 pekat (96%), H3PO4 (85%), diphenyl amine, dan FeSO4 1N.

3. 2    Metode
Prosedur kerja yang dilakukan adalah sebagai berikut:
1.             Menimbang contoh tanah ukuran 0,5 mm sebanyak 0,5 gram.
2.             Memasukan kedalam labu ukur ukuran 100 ml.
3.             Menambahkan K2Cr2O7 2 N sebanyak 5 ml, kemudian mengaduk selama 2 menit.
4.             Menambahkan H2SO4  sebanyak 7,5 ml, kemudian mengaduk selama 30 menit.
5.             Menambahkan H2O sebanyak batas leher labu ukur, dan mengaduk bolak – balik selama 2 menit kemudian mendiamkan selama 24 jam.


















IV.         HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1         Hasil Pengamatan
Tabel Hasil Penetaan C-org dan BOT
Sampel Tanah
C-Org %
Kriteria
BOT
Top Soil 1
Top Soil 2
Sub Soil 1
Sub Soil 2
1,619434
1,521709
0,28132
0,28132

2,792128
2,623636
0,48503
0,48503

Tabel Kriteria Tanah
Kriteria
Nilai
Sangat Rendah
< 4,5
Rendah
4,5 – 5,5
Sedang
5,6 – 6,5
Tinggi
6,6 – 7,5
Sangat Tinggi
7,6 – 8,5

Tabel Deret Standar
Konsentrasi
Absorban
0
0,00
50
0,076
100
0,154
150
0,211
200
0,291
300
0,456

4.2     Pembahasan
Praktikum ini melakukan perhitungan C-organik dan bahan organik tanah. Sampel tanah yang digunakan adalah tanah top soil dan sub soil berukuran 0,5 mm. Tanah top soil dibagi menjadi top soil 1 dan top soil 2, sedangkan tanah sub soil juga dibagi menjadi dua yaitu sub soil 1 serta sub soil 2. Nilai absoraban untuk tanah top soil 1 adalah 0,116. Tanah top soil 2 adalah 0,109. Tanah sub soil 1 yaitu 0,021 dan tanah sub soil 2 yaitu 0,021. Nilai La tanah top soil adalah 0,05 gr/gr = 5%, sedangan nilai La tanah sub soil adalah sebesar 0,01 gr/gr = 1%.nilai Ppm kurva standar untuk tanah top soil dan sub soil adalah sebesar 0,001508. Nilai absorban dan La yang sudah ada tersebut dapat digunakan untuk menghitung nilai C-organik dan BOT tanah. Hasil perhitungannya adalah sebagai berikut :
1.        Tanah top soil 1
-       Fk   =  
=
=
= 1,052632
-       Ppm Kurva  =
 =
 = 76,92308
-       C-org   =
=
= 76,92308 x 0,1 x 0,2 x 1,052632
= 1,619434
-       BOT = C x 100/58
= 1,619434 x 100/58
= 2,792128
2.        Tanah top soil 2
-       Fk   =  
=
=
= 1,052632
-       Ppm Kurva  =
 =
 = 72,28117
-       C-org   =
=
= 72,28117 x 0,1 x 0,2 x 1,052632
= 1,521709
-         BOT = C x 100/58
= 1,521709 x 100/58
= 2,623636
3.        Tanah sub soil 1
-       Fk   =  
=
=
= 1,010101
-       Ppm Kurva  =
 =
 = 13,92573
-       C-org   =
=

= 13,92573 x 0,1 x 0,2 x 1,010101
= 0,28132
-         BOT = C x 100/58
= 0,28132 x 100/58
= 0,48503
4.        Tanah sub soil 2
-       Fk   =  
=
=
= 1,010101
-       Ppm Kurva  =
 =
 = 13,92573
-       C-org   =
=

= 13,92573 x 0,1 x 0,2 x 1,010101
= 0,28132
-         BOT = C x 100/58
= 0,28132 x 100/58
= 0,48503

V.            KESIMPULAN DAN SARAN

5.1       Kesimpulan
Penetapan pH dan DHL tanah menggunakan alat ukur yaitu pH meter dan konduktormeter. Pada praktikum ini dapat disimpulkan bahwa penetapan nilai pH dan DHL ini membuktikan bahwa nilai pH H2O tanah sub soil lebih besar dibanding dengan nilai pH H2O tanah top soil yaitu 4,7 > 4,4 , begitu juga dengan nilai pH KCl tanah sub soil lebih besar dibanding nilai pH KCl tanah top soil yaitu 3,9 > 3,7. Selain nilai pH, nilai DHL tanah sub soil lebih tinggi dibanding dengan tanah top soil yaitu 64 > 54. Secara umum, tanah ini termasuk kriteria tanah masam karena nilai pHnya di bawah nilai pH netral. Tanah ini memiliki kualitas tanah yang kurang baik jika digunakan dalam bidang pertanian, karena tanah yang baik adalah tanah yang memiliki nilai pH mendekati netral yaitu 6,6 – 7,5.

5.2       Saran
Praktikum ini sangatlah penting bagi mahsiswa yang ingin menguasai dasar - dasar ilmu tanah, oleh karena itu diharapakan peralatan yang digunakan lebih banyak sehingga dalam satu kelompok praktikum lebih mudah dalam melakukan praktikum dan mahasiswa lebh aktif saat praktikum berlansung.







DAFTAR PUSTAKA

Atmojo, S.W. 2003. Peranan Bahan Organik Terhadap Kesuburan Tanah Dan Upaya Pengolahannya.. Sebelas Maret University Press : Surakarta.
Balasubramian, V. 2005. Bahan Organik Tanah. <www.lemlit.unud.ac.id>. (Diakses pada tanggal 14 Desember 2013).
Doeswono,1983. Ilmu-Ilmu Terjemahan. Bhtara Karya Aksara : Jakarta.
Lengkong, J.E., dan Kawulusan R.I. 2008. Pengelolaan Bahan Organik Untuk Memelihara Kesuburan Tanah. Soil Environment, Vol. 6, No. 2, Hal : 91-97.
Priambada,I.D., J.Widodo dan R.A. Sitompul. 2005. Impact of Landuse Intency on Microbal Community in Agrocosystem of Southern Sumatra International Symposium on Academic Exchange Cooperation Gadjah Mada University and Ibraki University. Gadjah Mada University Press : Yogyakarta
Soetjipto, dkk. 1992. Dasar - Dasar Irigasi. Erlangga: Jakarta.
Sutanto, R. 2002. Pertanian Organik. Penerbit Kanisius: Yogyakarta.
Victorious. 2012. Penetapan Status P, K dan C organic Untuk Tanah Organik dan Anorganik. http://victorious-a.blogspot.com/2012/03/penetapan-status-p-k-dan-corganic.html.(Diakses pada tanggal 14 Desember 2013).
Wallace, A., R.G and Teny. 2000. Handbook of Soil Conditioners Subsistance That Enhance the Physical Properties of Soil.Marcell Pecker Inc. New York: Amerika.
Watoni, A.H., dan Buchari. 2000. Studi Aplikasi Metode Potensiometri Pada Penentuan Kandungan Karbon Organik Total Tanah. JMS Vol. 5 No. 1, hal. 23 – 40.

Yani, A. 2003. Beberapa Pendekatan Pengukuran Karbon Tanah Gambut Di Jambi. Institut Pertanian Bogor: Bogor.