Kamis, 02 Januari 2014

KONDUKTIVITAS HIDROLIKA TANAH JENUH


LAPORAN PRAKTIKUM
 DASAR-DASAR ILMU TANAH (DDIT)
ACARA III
KONDUKTIVITAS HIDROLIKA TANAH JENUH


  
                                    GILANG SETIAWAN                        
NPM.E1J012031
SHIFT JUM’AT (14.00-16.00WIB)
CO-ASS :
ATRI NOPRIJAYANTI
MELISA YULIENSI

LABORATORIUM ILMU TANAH
PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS BENGKULU
2013

BAB I
PENDAHULUAN

1.1         Latar Belakang
Air adalah bagian dari bumi yang berbentuk cairan yang berada di dalam tanah ataupun di permukaan tanah. Saat hujan air masuk ke dalam tanah melalui pori-pori tanah yang ada. Setiap tanah memiliki ukuran pori-pori yang berbeda tergantung jenis tanahnya. Pasir memiliki pori-pori tanah yang besar jika dibandingkan dengan tanah liat dan berdebu. Sehingga, pasir dapat mengalirkan air lebih cepat dari pada tanah berdebu dan berliat.
Konduktivitas merupakan kemampuan suatu benda untuk menghantarkan partikel-partikel yang melewatinya. Hidrolika erat kaitannya dengan air. Jadi, konduktivitas hidrolika adalah kemampuan tanah untuk melewatkan air. Kemampuan ini berlaku pada dua kondisi, yaitu saat semua pori-pori  terisi air dan sebagian pori-pori terisi air. Ketika semua pori-pori terisi air disebut tanah jenuh, sedangakan saat sebagian pori-pori tanah terisi oleh air disebut tanah tak jenuh. Pengetahuan tentang konduktivitas hidrolika pada sektor pertanian dan kehutanan sangat penting, karena untuk mengevaluasi mudah tidaknya tanah menghasilkan aliran permukaan atau tergenang bila turun hujan. Hal ini menetukan cara pengolahan yang dilakukan pada tanah tersebut. Tanah yang baik adalah saat hujan tanah tidak tergenang dan tidak kekeringan saat musim kemarau.
Oleh karena itu, pengamatan tentang konduktivitas hidrolika tanah jenuh dilakukan agar dapat  memprediksi dan mengevaluasi pengolahan tanah dan air.

1.2         Tujuan
Tujuan dari praktikum ini adalah menetapkaan laju konduktivitas hidrolika berbagai contoh dalam keadaan jenuh dan Membandingkan laju konduktiovitas hidrolika dari beberapa contoh tanah yang digunakan.


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Air adalah zat atau materi atau unsur yang penting bagi semua bentuk kehidupan yang diketahui sampai saat ini di bumi, tetapi tidak di planet lain. Air menutupi hampir 71% permukaan bumi. Air diperlukan untuk kelangsungan proses biokimiawi organisme hidup, sehingga sangat essensial(Wulan, 2011).
Menurut Hardjowigeno (1992) bahwa air terdapat dalam tanah karena ditahan (diserap) oleh massa tanah, tertahan oleh lapisan kedap air, atau karena keadaan drainase yang kurang baik. Air dapat meresap atau ditahan oleh tanah karena adanya gaya-gaya adhesi, kohesi, dan gravitasi. Kadar air maksimum suatu jenis tanah ditentukan oleh daya hisap matriks atau partikel tanah, kedalaman tanah dan pelapisan tanah (Hakim, 1986).
Parameter atau ukuran yang dapat menggambarkan kemampuan tanah dalam melewatkan air disebut sebagai konduktivitas hidrolik (hydraulic conductivity). Tingkat kemampuan tanah untuk melewatkan air sangat dipengaruhi oleh kadar air tanah. Oleh karena itu, konduktivitas hidroliktanah dibedakan menjadi 2, yakni konduktivitas hidrolik dalam keadaan jenuh dan dalam keadaan tidak jenuh. Ada beberapa metode laboratorium yang bisa digunakan untuk menempatkan konduktivitas hidrolik taanah dalam keadaan jenuh, diantaranya : (1) metode tinggi air konstan/ constan head method, (2) metode tinggi air konstan / constan head soil core/tank method, (3) metode tinggi air terjun di dalam tangki/falling head soil core/tank method, dan (4) metode aliran air dalm kondisi kesetimbangan /steady flow soil column method. Pemilihan suatu metode ditentukan oleh berbagaai faktor seperti : ketersediaan alat, sifat alami tanah, ketersediaan contoh tanah, dan kemampuan dan penegtahuan dari pelaku percobaan (Kurnia,2006).
Dalam konduktivitas hidrolik tanah terdapat permeabilitas dimana permeabilitas tersebut  diukur dengan metode ukur falling head dimana sampel tanah diberikan suatu kolom air dengan ketinggian head tertentu. Kemudian waktu dan jarak  jatuh permukaan kolom air tersebut diukur, sehingga akan diperoleh nilai permeabilitas dalam satuan jarak perwaktu. Tentu saja ada hitungan khusus sesuai dengan alat yaang dipergunakan dalam pengukuran. Satu perlakuan yang harus dilakukan sebelum tanah diuji dengan falling head adalah penjenuhan. Penjenuhan disini artinya tanah harus dibuat dalam keadaan jenuh air, dimaana seluruh pori-pori makronya harus terisi air. Cara penjenuhan cukup mudah, tetapi karena penjenuhan harus terjadi secara alami tanpa ada gaya yang diberikan untuk memasukkan air kedalam tanah selain sedikit perbedaan heaad, waktu yang dibutuhkan akan bervariasi untuk setiap sample yang berbeda dari 24 jaam sampai beberapa hari bahkan beberapa minggu. Caranya denagn memasukkan contoh tanah yaang sudah dipersiapkan denagn tabung-tabung untuk pengejian permeabilitas, kedalam air sampai permukaan air dalam wadah perendaman tersebut berada di atas permukaaan sampel tersebut.. Setelah sampel tanah menjadi jenuh pengujian permeabilitas dapat dilakukan. Untuk pengujian ini akan diperlukan beberapaa alat yang paling penting adalh stopwatch, mistar, baki dan loyang serta air destilat beserta tabung plastik untuk memasukka air. Untuk menghitung hasil pengujian perlu diketahui ketinggian air dari lubang  air pada silinder luar tabung pengujian permeabilitas ketinggian  awal pengujian (h1) dan ketinggian akhir pengujian (h2). Selisih h1 dan h2 akan digunakan dalam perhitungan permeabilitas dari data pengujian ini (Saptomo, 2007).
Nilai K-sat ditentukan dengan menggunakan rumus yang merupakan turunan dari hukum  Darcy berikut (hillel, 1980) :
Q  = K-sat *A* dH/L
Atau  K-sat = Q/A*L/dH
Dimana :
Q         = penambahan volume air yang tertampung di gelas ukur persatuan waktu (mm3/jam)
A         = luas penampang gelas ukur (mm2)
Q/A     = penambahan tinggi permukaan air di dalam gelas ukur per satuan waktu (mm/jam)
dH       = tinggi genangan dari permukaan tanah (mm)
L          = ketebalan contoh tanah (mm)


BAB III
BAHAN DAN METODE

3.1         Bahan dan Alat
Bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah contoh tanah utuh, dan air.
Alat yang digunakan dalam acara ini terdiri dari alat pengukur K-sat, stopwach, dan gelas Ukur atau timbangan dengan akurasi yang tinggi (minimal dua angka di belakang koma), kain kasa, karet, satu set..

3. 2    Metode
Pengukuran pada praktikum ini akan menggunakan metode Constant Head di laboraturium. Langkah-langkah kerja penetapan K-sat sebagai berikut :
1.         Bagian bawah contoh tanah utuh (ring sampel) ditutup dengan kain kasa dan diikat dengan karet. Contoh tanah lalu direndam di dalam air, hingga permukaan air berada sekitar 2 cm dibawah permukaan contoh tanah selama 24 jam sampai 36 (sampai tanah jenuh).
2.         Menempatkan ring sampel kosong di atas ring sampel yang berisis contoh tanah, lalu satukan kedua ring sampel tersebut dengan potongan karet ban sepeda. Melakukan ini sambil contoh tanah tetap terendam di dalam air.
3.         Memindahkan contoh anah ke rak yang sudah disediakan, isi bak dengan air hingga permukaan berada 2 cm dari permukaan ring sampel, lalu mengalirkan ke dalam ring sampel melalui shipon (pipa L) agar ketinggian air di dalam ring sampel konstan.
4.         Tamping air yang keluar dari bawah ring sampel dengan gelas ukur. Sesaat setelah air keluar, menghidupkan stopwatch dan catat volume air di dalam gelas ukur untuk siap priode tertentu. (beberapa detik sampai beberapa jam, atau hingga pertambahan volume air konstan). Menggunkan lembar kerja yang sudah dikerjakan
5.         Nilai K-sat ditentukan dengan menggunakan rumus yang merupakan turunan dari hukum  Darcy berikut (hillel, 1980) :
Q  = K-sat *A* dH/L                                         (1)
Atau  K-sat = Q/A*L/dH                                    (2)
Dimana :
Q       = penambahan volume air yang tertampung di gelas ukur persatuan waktu (mm3/jam)
A       = luas penampang gelas ukur (mm2)
Q/A   = penambahan tinggi permukaan air di dalam gelas ukur per satuan waktu (mm/jam)
dH     = tinggi genangan dari permukaan tanah (mm)
L       = ketebalan contoh tanah (mm)
6.         merendam kembali contoh tanah sebagaimana pada langkah (1) untuk penetapan kadar lengas jenuh dan kapasitas lapang yang akan dilakukan pada acara berikutnya.




















BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1     Hasil Pengamatan
Tabel hasil pengamatan pengukuran K-sat dengan metododa Constant Head
Kode Sampel (top soil)
Kode Sampel (sub soil)
Waktu (t) (Menit)
Volume air di gelas ukur (v) (mL)
Waktu  (t)  (menit)
Volume air digelas ukur (v) (mL)
5
5.5 mL
5
14,5 mL
10
20 mL
10
27,8 mL
15
29 mL
15
32,3 mL
20
33,8 mL
20
32,3 mL

Tabel hasil pengukuran lain
Diketaahui
Top Soil
Sub Soil
H1
1.4 cm
0,8 cm
H2
9 cm
9 cm
L
5 cm
5 cm
A
38,5 cm2
38, 5 cm2

4.2     Pembahasan
Praktikum ini melakukan pengukuran tentang konduktivitas hidrolika tanah jenih pada sampel tanah utuh. Data yang dihasilkan adalah pada tabel hasil pengamatan. Data-data tersebut dapat mentukan nilai K-sat  yang akan dicari menggunakan rumus :
K- sat =
Keterangan :
V            : volume air yang tertampung          H1   : tinggi ring
L                        : tinggi ring sampel (cm)      H2  : tinggi ring tidak kenak air
A            : luas ring sampel (cm)
t              : waktu yang dibutuhkan untuk menanmpung air (menit)
Nilai K-sat yang telah dihitung, kemudian dicocokan dengan tabel kriteria kelas untuk menentukan kategori kelas dari konduktifitas hidorilika tanah tersebut.
Kelas
Cm/jam
Kategori
1
12.50 – 25.00
Cepat
2
6.25  – 12.50
Agak cepat
3
2.00 – 6.25
Sedang
4
0.50 – 2.00
Agak lambat
5
12.50 – 6.25
Lambat
6
≤ 0.125
Sangat lambat

Hasil perhitungannya adalah sebagai berikut :
a.         Tanah top soil
1.         Waktu 5 menit
K- sat =
         
       = 
          =  0,01 cm/menit (0.6cm/jam)
Jadi, nilai K-sat dalam waktu 5 menit adalah 0,01 cm/jam atau 0,6 cm/jam masuk kedalam kategori kelas 4 yaitu agak lambat karena nilai K-sat 12,5 – 0,50 cm/jam.
2.         Waktu 10 menit
K- sat =
              
               = 
                   =  0,03 cm/menit (1,8 cm/jam)
Jadi, nilai K-sat dalam waktu 10 menit adalah 0,03 cm/jam atau 1,8 cm/jam masuk kedalam kategori kelas 4 yaitu agak lambat karena nilai K-sat 0.50 – 2.00 cm/jam.
3.         Waktu 15 menit
K- sat   =
              
               = 
                   =  0,03 cm/menit (1,8 cm/jam)
Jadi, nilai K-sat dalam waktu 15 menit adalah 0,03 cm/jam atau 1,8 cm/jam masuk kedalam kategori kelas 4 yaitu agak lambat karena nilai K-sat 0.50 – 2.00 cm/jam.

4.         Waktu 20 menit
K- sat   =
              
               = 
                   =  0,02 cm/menit (1,2 cm/jam)
Jadi, nilai K-sat dalam waktu 20 menit adalah 0,02 cm/jam atau 1,2 cm/jam masuk kedalam kategori kelas 4 yaitu agak lambat karena nilai K-sat 0.50 – 2.00 cm/jam.
b.        Tanah sub soil
    1.          Waktu 5 menit
K- sat   =
         
          = 
                   =  0,04 cm/menit (2,4 cm/jam)
Jadi, nilai K-sat dalam waktu 5 menit adalah 0,04 cm/jam atau 2,4 cm/jam masuk kedalam kategori kelas 3 yaitu sedang karena nilai K-sat 2.00 – 6.25 cm/jam.

    2.          Waktu 10 menit
K- sat   =
         
          = 
             =  0,04 cm/menit (2,4 cm/jam)
Jadi, nilai K-sat dalam waktu 10 menit adalah 0,04 cm/jam atau 2,4 cm/jam masuk kedalam kategori kelas 3 yaitu sedang karena nilai K-sat 2.00 – 6.25 cm/jam.
    3.          Waktu 15 menit
K- sat   =
         
          = 
             =  0,03 cm/menit (1,8 cm/jam)
Jadi, nilai K-sat dalam waktu 15 menit adalah 0,03 cm/jam atau 1,8 cm/jam masuk kedalam kategori kelas 4 yaitu agak lambat karena nilai K-sat 0.50 – 2.00 cm/jam.
    4.          Waktu 20 menit
Nilai K-sat tidak diitung karena pada waktu 20 menit tidak ada air yang keluar lagi.
Pada tanah top soil laju konduktivitas hidrolika rata-rata yaitu masuk kedalam kategori agak lambat, sedangkan tanah sub soli laju konduktivitas hidrolikanya sedang. Perbedaan yang terjadi adalah pada waktu 20 menit air pada tanah top soil masih mengalir sedangkan pada tanah sub soil air tidak mengalir lagi. Perbedaan ini membuktikan bahwa tanah sob soil lebih cepat mengalami pengikatan dibandingkan dengan tanah top soil. Jika dilihat dari jenis tanahnya tanah sub soil termasuk kedalam tanah liat.



BAB V
KESIMPULAN

Laju konduktivitas hidrolika dapat dihitung menggunakan rumus mencari nilai K-sat yaitu :
K- sat =
Keterangan :
V         : volume air yang tertampung          H1   : tinggi ring
L          : tinggi ring sampel (cm)      H2  : tinggi ring tidak kenak air
A         : luas ring sampel (cm)
t           : waktu yang dibutuhkan untuk menanmpung air (menit)
Nilai K-sat tanan sub soil lebih besar dibandingkan dengan tanah top soil. Nilai K-sat ini membuktikan laju konduktivitas hidrolika dari sebuah tanah. Semakin besar nilai K-sar maka laju konduktivitas hidrolika semakin tinggi, jadi tanah sub soil laju konduktivitas hidrolikanya lebih besar dibanding tanah top soil.

















DAFTAR PUSTAKA

Hakim, Nurhajati. 1986. Dasar-dasar Ilmu Tanah. Lampung: Universitas Lampung.
Hardjowigeno, S. 1992. Ilmu Tanah. Akademika Pressindo : Jakarta
Hillel, D. 1980. Introduction to Soil Physics. Academic Press :London. 364 pp.
Wulan, 2011. Penetapan Kadar Air Metode Oven. http://wulaniriky.wordpress.com/2011/01/19/penetapan-kadar-air-metode-oven-pengering-aa/ (diakses tanggal 09 November 2013).
Kurnia,et all. 2006. Konduktivitas Hidrolika Tanah.http://E11hpr-BABII Tinjauan Pustaka.pdf. (diakses tanggal 09 November 2013).
Saptomo. 2007. Pengukuran  Sifat Fisika/Hodrolika Tanah. http://solitest20070425.pdf (diakses tanggal 09 November 2013).

Jawaban Pertanyaan
Tabel hasil pengamatan pengukuran K-sat dengan metododa Constant Head
Kode Sampel (top soil)
Kode Sampel (sub soil)
Waktu (t) (Menit)
Volume air di gelas ukur (v) (mL)
Waktu  (t)  (menit)
Volume air digelas ukur (v) (mL)
5
5.5 mL
5
14,5 mL
10
20 mL
10
27,8 mL
15
29 mL
15
32,3 mL
20
33,8 mL
20
32,3 mL
Grafik hubungan antara V dengan t pada tanah top soil







1 komentar: