E1J012031
LAPORAN
PRAKTIKUM DASAR-DASAR ILMU TANAH (DDIT)
ACARA
II
PENGAMATAN
MORFOLOGI PROFIL, PENGAMBILAN CONTOH DAN PEMBUATAN PREPARAT TANAH
GILANG
SETIAWAN
NPM.E1J012031
SHIFT
JUM’AT (14.00-16.00WIB)
CO-ASS
:
ATRI
NOPRIIJAYANTI
MELISA
YULIENSI
LABORATORIUM ILMU TANAH
PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS BENGKULU
2013
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Tanah adalah lapisan terluar bumi yang
memilki lapisan-lapisan (horizon). Horizon tanah terdiri dari horizon O, A, B,
dan C. Lapisan tanah ini terbentuk karena proses yang terjadi dalam pembentukan
tanah. Pada dasarnya tanah terbentuk dari dari lapisan batuan yang paling besar
(bahan induk) menjadi partikel yang lebih kecil (pasir, debu dan liat). Selain
itu kandungan tanah yang ada dipengaruhi oleh bahan mineral dan penambahan
bahan-bahan organik yang berasal dari proses terbentuknya tanah. Kandungan
tanah membuat tanah ini memiliki ciri-ciri yang dapat diperhatikan secara
lansung (morfologi) seperti warna, bentuk dan batasan-batasan. Tanah lapisan
atas warnanya lebih gelap (hitam) dibanding tanah lapisan bawah yang berwarna
terang (abu-abu atau kebiruan).
Penampang secara vertikal yang menjukan
lapisan-lapisan tanah disebut profil tanah. Pengamatan profil tanah ini sangat penting
dalam sidik cepat menentukan sifat-sifat tanah seperti genesis dan klasifikasi
tanah. Batasan lapisan atau kedalaman tanah dapat ditentukan dengan melihat
seberapa jauh perakaran tumbuhan yang dapat tumbuh. Sifat fisik, kimia dan
biologi ini dapat dilakukan bersamaan dengan pengamatan profil tanah.
Pengamatan yang lebih lanjut mengenai tanah harus dilakukan di laboratorium
dengan mengambil sampel tanah yang sedang diteliti.
Oleh karena itu, pengamatan tentang profil
tanah ini harus diperhatikan karena pentingnya mengetahui lapisan, kandungan
dan morfologi tanah. Sehingga dapat menentukan jenis tanah dan kandungan di
dalammnya.
1.2
Tujuan
Tujuan dari praktikum ini adalah :
1.
Untuk
mempelajari sifat-sifat dari beberapa jenis tanah pada setiap lapisan atau horizon.
2.
Mengambil
contoh tanah dilapangan untuk dianalisis di laboratorium.
3.
Menyiapkan
contoh tanah sebelum dianalisis.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Profil tanah merupakan
suatu irisan melintang pada tubuh tanah, dibuat lubang dengan ukuran panjang,
dan lebar serta kedalaman tertentu sesuai dengan keadaan tanah yang diberlukan
dalam kegiatan penelitian. Tanah merupakan tbuh alam yang berbentuk
dan berkembang akibat terkena gaya-gaya alam (natural forses) terhadap
pembentukan mineral, serta pembentukan dan pelapukan bahan-bahan koloid.
(Hakim,2007)
Selain
itu, profil tanah merupakan irisan vertikal tanah dari lapisan paling atas
hingga bebatuan induk tanah (regolit),yang biasanya terdiri dari
horison-horison O-A-E-B-C-R. Empat lapisan teratas yang masih dipengaruhi
cuaca disebut solum tanah,
meskipun tanah terdiri dari beberapa horison, namun bagi tetanaman yang sangat
penting adalah horizon O-A (lapisan atas) yang biasanya mempunyai ketebalan
dibawah 30cm, bahkan bagi tanaman berakar dangkal seperti padi, palawija dan
sesayuran yang berperan adalah kedalaman dibawah 20cm. (Lopulisa, 2004)
Suatu
profil tanah terdiri dari horizon-horizon dengan warna beragam antara horizon
dan dalam satu horizon. Pada pemerian profil tanah, warna setiap horizon itu
haruslah diperi secara lengkap. Pemberian warna tanah juga perlu memperhatikan
hubungan antara pola warna dengan struktu tanah kesarangan tanah. Agregat tanah
yang disidik perlu di hancurkan untuk memastikan apakah warna tanah tampak itu
seragam diseluruh agregat. Buku Munsell Soil Color Chart merupakan buku pedoman
pemberian warna tanah yang dipublikasikan oleh Badan Pertanian Amerika Serikat
(USDA). (Poerwidodo, 1991)
Pengenalan profil tanah secara
lengkap meliputi sifat fisik, kimia, dan biologi tanah. Pengenalan ini penting
dalam hal mempelajari pembentukan dan klasifikasi tanah dengan
pertumbuhan tanaman serta kemungkinan pengolahan tanah yang lebih
tepat, adapun factor-faktor pembentuk tanah, maka potensi untuk membentuk
berbagai jenis tanah berbeda amat besar. (Foth, 1998)
Tiap jenis dan tipe tanah memiliki ciri yang
khas dipandang dari sifat-sifat fisis maupun kimianya. Oleh karena itu, profil
tanah adalah penampang vertikal pada tanah sampai lapisan bahan induk dari
tanah. Solum tanah merupakan penampang tanah yang dimulai dari horizon A sampai
horizon B. (Nurhajati, 1986)
Tanah membentuk lingkungan untuk sistem
perakaran yang rumit pada tumbuhan dan bagian bawah tanah lainnya. Seperti
rhizome, subang dan umbi lapis maupun untuk sejumlah jasad tanah. Karena itu
penting untuk memahami bagaimana lingkungan yang rumit itu dapat beragam dan
bagaimana menyediakan medium untuk pertumbuhan akar tumbuhan dan tempat untuk
bertaut. Tanah juga secara terus-menerus menyediakan air dan garam mineral.
Dapat berdiri tegaknya pohon diatas tanah merupakan masalah yang peka, bebrapa
jenis pohon tidak dapat tumbuh pada jenis tanah tertentu. Jumlah air dan
oksigen yang tersedia pada tanah tertentu tergantung pada ruang diantara
butiran tanah. Keadaan ini dapat dipahami dengan lebih baik dalam kajian
mengenai bagaimana tanah itu terbentuk. (Ewusia, 1990)
BAB III
BAHAN DAN METODE
3.1 Bahan
dan Alat
Bahan yang digunakan terdiri dari aquades,
karet gelang HCl 1N, kertas koran, dan kertas label.
Alat yang digunakan berupa parang, cangkul,
sekop, bor tanah, meteran gulung, klinometer, pisau lapang, buku standar warna
(Munsell Soil Color Chart), daftar isian, kompas, altimeter, botol semprot dan
alat tulis, tampir atau nyiru, lumping, serta ayakan 2 mm dan 0,5 mm, dan kain
kasa.
3. 2 Metode
3.2.1
Memilih
tempat yang sesuai untuk pembuatan lobang profil, lalu membersihkan dari
vegetasi yang menutupi permukaan tanah.
3.2.2
Membuat
lobang profil berukuran 1,5 x 1,0 x 1,5 m3. Letak penampang
pengamatan disebelah atas lereng dan terkena sinar matahari.
3.2.3
Tidak
melakukan pengamatan waktu hujan atau keadaan cahaya kurang. Membuat sisi
pengamatan rata dan bersih, dan menyemprotkan dengan akuades bila kering.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
Pengamatan
PEMERIAN PROFIL TANAH
Lokasi :
Samping Laboratorium TIP
Profil No :
II (Dua)
Bahan Induk :
Tufa Masam
Tumbuhan :
Perdu
Posisi Tanah :
Backslope
Kelembaban Tanah : Lembab
Kelerengan :
470 72%
Drainsae :
Sedang
Tingkat erosi :
Sedang
Horison
|
Jeluk
(cm)
|
Warna/
becak
|
Tekstur
|
Struktur
|
Konsistensi
(tanah basah)
|
Perakaran
(%)
|
Batuan
(%)
|
Konkresi
|
Lain-lain
|
Batas
horison
|
|
O
|
0-34
|
10
YR
3/4
|
Liat
berpasir
|
Gumpalan
|
lengket
|
60
|
-
|
-
|
-
|
Putus
tak jelas
|
|
A
|
35-100
|
7,5
YR 5/8
|
Liat
berdebu
|
Gumpalan
|
Sangat
lengket
|
70
|
-
|
-
|
-
|
Putus
tak jelas
|
|
B
|
101-137
|
2,5
YR 5/8
|
-
|
Gumpal
|
-
|
30
|
-
|
-
|
-
|
Putus
tak jelas
|
|
4.2 Pembahasan
Pengamatan profil tanah dilakuakan di samping
laboratorium TIP, meliki profil tanah no 2, bahan induk tufa masam, tumbuhan
yang tumbuh perdu, posisi tanah backslop, kelembaban tanah yang sedang,
kelerengan 470 72%, drainase yang baik, dan tingkat erosi sedang.
Pengamatan profil tanah diperoleh dari hasil pengelihatan lansung adalah bahwa
tanah memiliki horizon-horizon yaitu horizon O, A, B, dan C. Setiap horizon
memiliki kedalaman berbeda-beda dan ciri-ciri tanah yang berbeda juga. Penentuan
nilai-nilai tanah sperti tekstur, stuktur, konsistensi, warna, perakaran, dan
batas horizon menggunakan metode sidik cepat. Pada pengamatan ini horizon yang
diamati adalah horizon O, A dan sebagian nilai tanah horizon B. Kesalahan data
mungkin bisa terjadi karena dalam pengmbilan tanah yang diamati dengan
penganalisisisan kurang memahami materi dan kurang kordinasi yang baik. Hasil
pengamatannya adalah sebagi berikut :
1.
Horizon
O
Horizon O mempunyai kedalaman atau jeluk 0-34
cm Warna/ becak yang dimiliki 10 YR ¾, artinya mempunyai nilai value 3, nilai
chroma 4, dan hue 10 YR yaitu warna dark yelowis brwon. Tekstur tanah pada
horizon ini adalah liat berpasir dengan struktur tanah yang dimiliki adalah
gumpalan (agregat menyerupai kubus).
Pada keadaan basah tanah pada horizon O
konsistensi tanahnya lengket. Perakaran yang yang tumbuh pada horizon O adalah
sekitar 60%, ini membuktikan bahwa pada lapisan ini kemampuan akar untuk tumbuh
baik karena tanah memiliki ketersediaan hara yang cukup.
2.
Horizon
A
Horizon A mempunyai kedalaman atau jeluk
35-100 cm. Warna/ becak yang dimiliki 7,5 YR ⅝, artinya mempunyai nilai value
5, nilai chroma 8, dan hue 7,5 YR yaitu warna strong brown. Tekstur tanah pada
horizon ini adalah liat berdebu dengan struktur tanah yang dimiliki adalah
gumpalan (agregat menyerupai kubus).
Pada keadaan basah tanah pada horizon A
konsistensi tanahnya sangat lengket. Perakaran yang yang tumbuh pada horizon A
adalah sekitar 70%, ini membuktikan bahwa pada lapisan ini kemampuan akar untuk
tumbuh baik karena tanah memiliki ketersediaan hara yang cukup.
3.
Horizon
B
Horizon B mempunyai kedalaman atau jeluk
101-137 cm. Warna/ becak yang dimiliki 2,5 YR ⅝, artinya mempunyai nilai value
5, nilai chroma 8, dan hue 2,5 YR yaitu warna reed. Tekstur tanah pada horizon
ini tidak diteliti dan struktur tanah yang dimiliki adalah gumpal (agregat
menyerupai kubus dengan sudut yang tumpul).
Perakaran yang yang tumbuh pada horizon B
adalah sekitar 30%, ini membuktikan bahwa pada lapisan ini kemampuan akar untuk
tumbuh berkurang karena tanah memiliki ketersediaan hara dan bahan organik yang
semakin sedikit. Untuk konsistensi tanah pada horizon B tidak diamati.
Pada
pengamatan profil ini dapat dilihat ada perbedaan yang nyata antar horizon.
Perbedaan ini terjadi pada nilai jeluk, tekstur, warna, perakaran. Beberapa
kesamaan terjadi padanilai tekstur dan sturuktur. Perbedaan ini tejadi karena
proses dan faktor-faktor dalam pembentukan tanah.
Setiap
horizon-horizon memilki batasan yang disebut dengan horizon. Batas horizon yang
dapat dilihat pada pengamatan profil tanah ini adalah putus-putus tidak jelas,
karena sangat sulit dalam melihat secara jelas batas horizonnya.
Selanjutnya
pengambilan sampel tanah utuh dilakukan dengan menggunakan ring sample yang
dilakukan dengan cara meletakkan ring sampel pada tanah yang ingin di ambil
lalu tekan hingga ring sample dipenuhi oleh tanah yang selanjutnya ditutup dan
disimpan. Cara yang lain adalah membuat
gelundungan atau bulatan besar dari tanah yang diteliti. Serta mengambil tanah
secara lansung dan kemudian dimasukan kedalam plastik.
BAB V
KESIMPULAN
Pengamatan profil tanah dapat dilakuakan
dengan mebuat lubang atau meneliti tanah yang berada dalam keadaan lereng.
Awalnya tanah dibersikan dan kemudian dikikis sedikit agar mudah dalam
pengamatannya. Pengamatan profil tanah dapat dilakukan secara lansung dengan
indra penglihatan dan penentuan nilai tanahnya mengunakan sidik cepat.
Profil tanah merupakan penampang vertikal
tanah yang mana dapat dilihat lapisan-lapisan (horizon) yang ada pada tanah.
Secara umum horizon tanah terdiri dari O, A, B dan C, tetapi keberadaan horizon
O jarang dijumpai karena pada horizon O sebagian besar penyusunnya adalah bahan
organik.
Pengamatan yang dilakukan adalah pada horizon
O, A dan B. Pada pengamatan ini terdapat persamaan serta perbedaan dari
morfologi dan nilai tanahnya. Persamaan ini karena tanah ini merupakan tanah
genesis yang memilki kesamaan kandungan dan perbedaan terjadi karena proses
pembentukan tanah dan faktor-faktor yang mempengaruhi.
Untuk pengamatan lebih lanjut tentang tanah
tersebut, dilakukan dengan pengambilan sempel atau pembuatan preparat tanah.
Pembuatan ini menggunakan cetakan, pembuatan gelundungan dan pengambilan bagian
tanah lansung. Pengamatan ini akan dilakukan di laboratorium.
DAFTAR PUSTAKA
Ewusia, Yanney. 1990. Pengantar Ekologi Tropika.
ITB : Bandung
Foth,
Henry d. 1998. Dasar-Dasar Ilmu Tanah.
Gadjah Mada University Press : Yogyakarta.
H. Nurhajati. 1986. Dasar-dasar Ilmu Tanah.
Usaha Nasional : Surabaya
Hakim. 2007. Dasar-Dasar Ilmu Tanah.
Universitas Lampung. Lampung.
Lopulisa. 2004. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. PT.
Rajagara Findo Persada: Jakarta
Poerwowidodo. 1991. Genesa
Tanah. Rajawali : Jakarta
Tidak ada komentar:
Posting Komentar